Semua Tidak takut basah
Sudah hampir dua minggu aku duduk di sini.
Memperhatikan kesibukan manusia lalu-lalang menembus rintik air.
Persis di film-film, seolah air tak menyentuh pakaian mereka, mengerti kedukaan mereka dan mengerti kebutuhan mereka akan waktu.
Waktu yang mereka pilih sendiri sebagai beban saat mereka menerima pekerjaan, mendaftarkan anak ke sekolah. Waktu kematian yang mereka tahu bisa datang kapan sana tapi juga tidak tahu kapan dan bagaimana.
Hujan tidak perduli mereka mendarat di mana, di topi, pagar rumah orang, jendela dingin dengan anak yang menunggu orangtuanya pulang.
Sama seperti hujan tidak perduli dari mana mereka diangkat menjadi uap. Dari laut, dari seduhan kopi istri yang mencintai suaminya tiap pagi. Seunik apa pun dirinya sepanjang hari. Semisterius apa pun dirinya saat ditinggal sendiri.
Mungkin ini yang membuat hujan di khayalanku ini begitu indah. Dia ada sekaligus tidak ada. Dia penuh pengetahuan sekaligus tidak bersesumbar.
-Stefano-
Memperhatikan kesibukan manusia lalu-lalang menembus rintik air.
Persis di film-film, seolah air tak menyentuh pakaian mereka, mengerti kedukaan mereka dan mengerti kebutuhan mereka akan waktu.
Waktu yang mereka pilih sendiri sebagai beban saat mereka menerima pekerjaan, mendaftarkan anak ke sekolah. Waktu kematian yang mereka tahu bisa datang kapan sana tapi juga tidak tahu kapan dan bagaimana.
Hujan tidak perduli mereka mendarat di mana, di topi, pagar rumah orang, jendela dingin dengan anak yang menunggu orangtuanya pulang.
Sama seperti hujan tidak perduli dari mana mereka diangkat menjadi uap. Dari laut, dari seduhan kopi istri yang mencintai suaminya tiap pagi. Seunik apa pun dirinya sepanjang hari. Semisterius apa pun dirinya saat ditinggal sendiri.
Mungkin ini yang membuat hujan di khayalanku ini begitu indah. Dia ada sekaligus tidak ada. Dia penuh pengetahuan sekaligus tidak bersesumbar.
-Stefano-