Aku telah lama bekerja sebagai tukang kebun Nyonya Stela. Sejak aku masih remaja kira-kira.
Saat itu ayahku memohon agar Nyonya Stella mau mempekerjakanku, karena ia harus berangkat berperang.
Padahal aku sungguh ingin ikut berperang di sampingnya, tapi dia melarang.
Sampai perang usai, dia tidak pernah menjemputku.
Semoga saja dia gugur di medan perang dengan cepat, dan bukan menjadi tahanan yang diinterogasi dengan sadis.
Kenapa aku tidak berharap dia memiliki keluarga baru saja? Tidak, aku terlalu mencintai mediang ibuku.
Banyak hal aneh yang kualami sejak bekerja di sini. Baik kualami sendiri, maupun dari cerita pegawai yang lain. Soal apalagi kalau bukan soal keluarga bangsawan misterius yang menguasai hampir sebagian kota ini. Keluarga Nyonya Stella.
Aku merasa kaya di sini. Semua serba tercukupi. Bahkan aku merasa seperti semua ini adalah milikku sendiri.
Nyonya Stella tidak pernah melarangku mengajak teman-temanku menginap di sini. Atau berpesta kecil-kecilan, selama tidak memasuki area-area pribadinya. Tentu saja aku tahu diri. Aku adalah pegawai senior di sini. Walau sejak dulu aku tetaplah tukang kebun. Karena aku mencintai pekerjaanku, dan aku mencintai rumah yang dibangunkan Nyonya Stella untukku.
Sunggu persis rumahku di desa, bahkan disediakannya satu kamar untuk ayahku bila suatu saat dia pulang nanti.
Pernah suatu kali saudari Nyonya Stella berkunjung, seorang yang cantiknya luar biasa walaupun sudah mulai termakan usia.
Dia diantar oleh sopirnya yang memilih untuk tidak keluar dari mobil.
Di perjamuan, ada satu karyawan kami, bernama Jonah, yang tertawa kecil ketika melihat saudari Nyonya Stella memakai sesuatu di kakinya. Nyonya Stella dan saudarinya hanya berhenti bicara sejenak lalu melanjutkan seperti tidak ada apa-apa.
Jonah ini bagian gudang di sini. tenaganya kuat sekali. Dia bisa mengangkat empat karung gandum sekaligus dari truk ke gudang. Dia juga pernah sesumbar bahwa dia bisa membuat sapi menjadi steak hanya dengan tinjunya. Sepertinya dia membual...
Keesokannya dia ditemukan tewas dengan kepala retak. Orang yang menemukannya bernama Barel, sopir saudari Nyonya Stella. Anehnya, polisi tidak mengajukan pertanyaan padanya. Mungkin semua sudah jelas ini adalah kecelakaan.
Sepertinya aku harus cari pengganti Jonah. Mungkin Nyonya Stella dapat merekomendasikan aku pengganti Jonah, seseorang dari kaum raksasa yang dekat dengan kaum para bangsawan ini mungkin?
Ada lagi kejadian aneh baru-baru ini. Keponakan Nyonya Stella berkelahi pagi-pagi. Aku menerobos kerumunan. Terlihat dua keponakan Nyonya Stella sedang memperebutkan gunting rumputku. Sungguh membahayakan anak-anak bermain gunting rumput.
Mereka kaget, lalu gunting itu berhasil direbut oleh kakak yang laki-laki, dan si anak perempuan kabur sambil berteriak ,"inilah yang harusnya kulakukan padamu!"
Nyonya Stella memasukkan Don, si kakak ke sebuah institusi untuk diajari perilaku.
Pernah di satu waktu aku melihat keponakan tertua, diantar sampai gerbang oleh seorang wanita yang membuatku jatuh cinta. Aku tahu dia berada di luar jangkauanku. Tapi tidak ada salahnya mengkhayal, kan?
Jim, yang tertua ini sangat cakap. Kelihatannya dia yang paling baik secara emosional. Namun kali ini kulihat begitu berbeda. Dia lari ke dalam mencari Nyonya Stella dan menangis tersedu-sedu di pangkuan Nyonya Stella. Mata Nyonya Stella menjadi berapi-api mendengarkan Jim bercerita.
Bukan urusanku... aku menaruh barang-barang Jim yang tdi terjatuh waktu dia berlari dan melihat ada kepulan asap di kejauhan saat aku menoleh ke luar.
-Pak Garde-
Saat itu ayahku memohon agar Nyonya Stella mau mempekerjakanku, karena ia harus berangkat berperang.
Padahal aku sungguh ingin ikut berperang di sampingnya, tapi dia melarang.
Sampai perang usai, dia tidak pernah menjemputku.
Semoga saja dia gugur di medan perang dengan cepat, dan bukan menjadi tahanan yang diinterogasi dengan sadis.
Kenapa aku tidak berharap dia memiliki keluarga baru saja? Tidak, aku terlalu mencintai mediang ibuku.
Banyak hal aneh yang kualami sejak bekerja di sini. Baik kualami sendiri, maupun dari cerita pegawai yang lain. Soal apalagi kalau bukan soal keluarga bangsawan misterius yang menguasai hampir sebagian kota ini. Keluarga Nyonya Stella.
Aku merasa kaya di sini. Semua serba tercukupi. Bahkan aku merasa seperti semua ini adalah milikku sendiri.
Nyonya Stella tidak pernah melarangku mengajak teman-temanku menginap di sini. Atau berpesta kecil-kecilan, selama tidak memasuki area-area pribadinya. Tentu saja aku tahu diri. Aku adalah pegawai senior di sini. Walau sejak dulu aku tetaplah tukang kebun. Karena aku mencintai pekerjaanku, dan aku mencintai rumah yang dibangunkan Nyonya Stella untukku.
Sunggu persis rumahku di desa, bahkan disediakannya satu kamar untuk ayahku bila suatu saat dia pulang nanti.
Pernah suatu kali saudari Nyonya Stella berkunjung, seorang yang cantiknya luar biasa walaupun sudah mulai termakan usia.
Dia diantar oleh sopirnya yang memilih untuk tidak keluar dari mobil.
Di perjamuan, ada satu karyawan kami, bernama Jonah, yang tertawa kecil ketika melihat saudari Nyonya Stella memakai sesuatu di kakinya. Nyonya Stella dan saudarinya hanya berhenti bicara sejenak lalu melanjutkan seperti tidak ada apa-apa.
Jonah ini bagian gudang di sini. tenaganya kuat sekali. Dia bisa mengangkat empat karung gandum sekaligus dari truk ke gudang. Dia juga pernah sesumbar bahwa dia bisa membuat sapi menjadi steak hanya dengan tinjunya. Sepertinya dia membual...
Keesokannya dia ditemukan tewas dengan kepala retak. Orang yang menemukannya bernama Barel, sopir saudari Nyonya Stella. Anehnya, polisi tidak mengajukan pertanyaan padanya. Mungkin semua sudah jelas ini adalah kecelakaan.
Sepertinya aku harus cari pengganti Jonah. Mungkin Nyonya Stella dapat merekomendasikan aku pengganti Jonah, seseorang dari kaum raksasa yang dekat dengan kaum para bangsawan ini mungkin?
Ada lagi kejadian aneh baru-baru ini. Keponakan Nyonya Stella berkelahi pagi-pagi. Aku menerobos kerumunan. Terlihat dua keponakan Nyonya Stella sedang memperebutkan gunting rumputku. Sungguh membahayakan anak-anak bermain gunting rumput.
Mereka kaget, lalu gunting itu berhasil direbut oleh kakak yang laki-laki, dan si anak perempuan kabur sambil berteriak ,"inilah yang harusnya kulakukan padamu!"
Nyonya Stella memasukkan Don, si kakak ke sebuah institusi untuk diajari perilaku.
Pernah di satu waktu aku melihat keponakan tertua, diantar sampai gerbang oleh seorang wanita yang membuatku jatuh cinta. Aku tahu dia berada di luar jangkauanku. Tapi tidak ada salahnya mengkhayal, kan?
Jim, yang tertua ini sangat cakap. Kelihatannya dia yang paling baik secara emosional. Namun kali ini kulihat begitu berbeda. Dia lari ke dalam mencari Nyonya Stella dan menangis tersedu-sedu di pangkuan Nyonya Stella. Mata Nyonya Stella menjadi berapi-api mendengarkan Jim bercerita.
Bukan urusanku... aku menaruh barang-barang Jim yang tdi terjatuh waktu dia berlari dan melihat ada kepulan asap di kejauhan saat aku menoleh ke luar.
-Pak Garde-