Hari ini seperti hari - hari biasa selama beberapa minggu ini. Gerimis rintik - rintik dan betul-betul bikin pembaktianku sebagai seorang pembimbing sedang diuji.
Apalagi tidak ada hal menarik yang terjadi. Entah karena apa, seolah-olah semua muridku di sini adalah hasil pilihan yang terbaik.
Terutama Jim. Walau dia duduk di paling belakang, dia selalu jadi panutan teman-temannya. Baik dari prilaku, maupun nilai pelajaran. Dengan tampang yang menurun dari ayahnya yang keluarga bangsawan itu, wajarlah kalau bahkan Syane, pemenang Ratu Kecantikan di tingkat Nasional pun suka padanya.
Yah… kalau aku masih seumuran mereka pun, sepertinya aku tidak minder bersaing dengan Syane. Jadi ngehayal. Ya tapi memang, jaman sekolah dulu, aku pun dikenal sebagai gadis yang populer. Namun itu dulu, sebelum aku memutuskan menjadi biarawati.
Dari sini, dari jendela yang penuh embun dan titikan air hujan ini aku bisa melihat kota dengan gedung-gedung perkantoran yang menjulang.
Kota ini terbagi menjadi tiga bagian besar, bagian gedung-gedung yang tadi kuceritakan… ke sanalah rata-rata lulusan sekolah ini akan bekerja. Bagian industri yang kini bergabung dengan tempat sampah elektronik. Dan bagian para bangsawan, dari situlah Jim berasal.
Tiba-tiba kelas menjadi ramai. Semua melihat ke luar jendela Ada gumpalan awan merah di salah satu gedung. Mungin tersambar petir?
Salah satu murid melihat video di media sosial. Sebuah gedung terbakar, dan ada mayat di mana-mana.
-Suster Hilda-
Apalagi tidak ada hal menarik yang terjadi. Entah karena apa, seolah-olah semua muridku di sini adalah hasil pilihan yang terbaik.
Terutama Jim. Walau dia duduk di paling belakang, dia selalu jadi panutan teman-temannya. Baik dari prilaku, maupun nilai pelajaran. Dengan tampang yang menurun dari ayahnya yang keluarga bangsawan itu, wajarlah kalau bahkan Syane, pemenang Ratu Kecantikan di tingkat Nasional pun suka padanya.
Yah… kalau aku masih seumuran mereka pun, sepertinya aku tidak minder bersaing dengan Syane. Jadi ngehayal. Ya tapi memang, jaman sekolah dulu, aku pun dikenal sebagai gadis yang populer. Namun itu dulu, sebelum aku memutuskan menjadi biarawati.
Dari sini, dari jendela yang penuh embun dan titikan air hujan ini aku bisa melihat kota dengan gedung-gedung perkantoran yang menjulang.
Kota ini terbagi menjadi tiga bagian besar, bagian gedung-gedung yang tadi kuceritakan… ke sanalah rata-rata lulusan sekolah ini akan bekerja. Bagian industri yang kini bergabung dengan tempat sampah elektronik. Dan bagian para bangsawan, dari situlah Jim berasal.
Tiba-tiba kelas menjadi ramai. Semua melihat ke luar jendela Ada gumpalan awan merah di salah satu gedung. Mungin tersambar petir?
Salah satu murid melihat video di media sosial. Sebuah gedung terbakar, dan ada mayat di mana-mana.
-Suster Hilda-