Panggil saya maurice
Segarnya udara ini.
Udara kebebasan.
Entah berapa jumlah torehan di tembok yang kubuat setiap harinya.
Sejak malam itu...
Masih kuingat keceriaanku bersama sahabatku, Seto, di sebuah bar di pinggiran kota.
Dalam keadaan mabuk dia berseloroh tentang kedermawanan tuannya dan ketenaran sang nyonya.
Siapa yang tak kenal sang nyonya?
Nadia sang penyanyi opera, sang bintang panggung.
Aku berani bertaruh sebelas dari sepuluh laki-laki pasti menginginkannya.
Kenapa sebelas? Karena yang kesebelas sudah terbunuh dalam perlombaan mendapatkan Nadia.
Hahaha, Seto memang pandai membuat cerita. Tidak ada setengah ceritanya kupercaya. Dan tak juga ada keinginanku membuktikannya.
Aku pun ingat bau karung lembab yang ditudungkan ke kepalaku. Dan entah berapa pukulan berhasil kutahan, sampai akhirnya semua gelap dan tak bersuara.
Entah apa yang mereka inginkan dariku. Tak satu pun tuduhan yang masuk akal bagiku.
Yang kutahu hanyalah bahwa aku berada di penjara ini untuk menggantikan seseorang.
Aneh.
Siapalah aku ini sampai bisa menggantikan posisi seseorang.
Aku hanyalah seorang karyawan perusahaan robotik di kota. Itu pun tidak diterima dengan nilai sempurna, melainkan hasil rekomendasi Maurice, saudara kembarku.
Kini aku sudah bebas.
Aku dijanjikan pekerjaan lamaku selama aku tidak bertanya dan bercerita apa-apa.
Dan satu lagi... mereka mengganti identitasku dengan Maurice.
Maurice yang tak pernah menghubungiku sejak dia kenal wanita bangsawan itu.
-Bentley-
Udara kebebasan.
Entah berapa jumlah torehan di tembok yang kubuat setiap harinya.
Sejak malam itu...
Masih kuingat keceriaanku bersama sahabatku, Seto, di sebuah bar di pinggiran kota.
Dalam keadaan mabuk dia berseloroh tentang kedermawanan tuannya dan ketenaran sang nyonya.
Siapa yang tak kenal sang nyonya?
Nadia sang penyanyi opera, sang bintang panggung.
Aku berani bertaruh sebelas dari sepuluh laki-laki pasti menginginkannya.
Kenapa sebelas? Karena yang kesebelas sudah terbunuh dalam perlombaan mendapatkan Nadia.
Hahaha, Seto memang pandai membuat cerita. Tidak ada setengah ceritanya kupercaya. Dan tak juga ada keinginanku membuktikannya.
Aku pun ingat bau karung lembab yang ditudungkan ke kepalaku. Dan entah berapa pukulan berhasil kutahan, sampai akhirnya semua gelap dan tak bersuara.
Entah apa yang mereka inginkan dariku. Tak satu pun tuduhan yang masuk akal bagiku.
Yang kutahu hanyalah bahwa aku berada di penjara ini untuk menggantikan seseorang.
Aneh.
Siapalah aku ini sampai bisa menggantikan posisi seseorang.
Aku hanyalah seorang karyawan perusahaan robotik di kota. Itu pun tidak diterima dengan nilai sempurna, melainkan hasil rekomendasi Maurice, saudara kembarku.
Kini aku sudah bebas.
Aku dijanjikan pekerjaan lamaku selama aku tidak bertanya dan bercerita apa-apa.
Dan satu lagi... mereka mengganti identitasku dengan Maurice.
Maurice yang tak pernah menghubungiku sejak dia kenal wanita bangsawan itu.
-Bentley-