MembeNTuk realita
Saya masih ingat bagaimana suara anak-anak bermain. Menakjubkan bukan? Bahkan di tempat seruwet Puskesmas misalnya. Yang tadinya penuh jeritan anak yang takut disuntik, anak yang berteriak-teriak ketika kepalanya dijahit.
Cukup tutup mata.
Bayangkan kamu sedang ada di kolam renang yang penuh anak-anak bermain, dan suara tangisan itu cuma suara anak nakal yang terpeleset karena mau iseng.
Luar biasa bukan bagaimana realita dipengaruhi hanya dengan satu indra tadi. Penglihatan yang kita abaikan. Bayangkan luar biasanya kalau semua indra kita kompak untuk bikin kita bahagia.
Tentu saja realita adalah realita, anak tadi tetap harus dijahit. Tapi bukankah setidaknya kita lebih santai untuk menghadapi apa kata dokter atau polisi nanti.
Anda ke puskesmas tujuannya bukan untuk jualan balon kan? Walau saya pun tidak keberatan akan hal itu :)
Jadi saya akan tutup mata saja, sambil memegang erat anak nakal yang terpeleset tadi.
-Nadia-
Cukup tutup mata.
Bayangkan kamu sedang ada di kolam renang yang penuh anak-anak bermain, dan suara tangisan itu cuma suara anak nakal yang terpeleset karena mau iseng.
Luar biasa bukan bagaimana realita dipengaruhi hanya dengan satu indra tadi. Penglihatan yang kita abaikan. Bayangkan luar biasanya kalau semua indra kita kompak untuk bikin kita bahagia.
Tentu saja realita adalah realita, anak tadi tetap harus dijahit. Tapi bukankah setidaknya kita lebih santai untuk menghadapi apa kata dokter atau polisi nanti.
Anda ke puskesmas tujuannya bukan untuk jualan balon kan? Walau saya pun tidak keberatan akan hal itu :)
Jadi saya akan tutup mata saja, sambil memegang erat anak nakal yang terpeleset tadi.
-Nadia-